Sains
2018022
- Telah Dibaca 0 kali
- Comments 0
- Selasa, 04 Maret 2014 11:30
Elin Yunita Kristanti
Masih ada cabai-cabai lainnya seperti Trinidad Scorpion Moruga Blend, 7 Pod Douglah, atau Naga Viper. Tingkat kepedasan cabai diukur dengan parameter SHU (Scoville heat units). Sebagai perbandingan, tingkat kepedasan cabai rawit adalah 50.000 – 100.000 SHU, kalah jauh dari Bhut Jolokia yang mencapai 1.041.427 SHU. Pedas!
Masih terkait cabai, para ilmuwan berhasil mengurutkan genom (sequencing) tanaman cabai, yang menguak gen yang bertanggung jawab atas tingkat kepedasannya.
Genom baru tersebut, yang dijelaskan secara rinci dalam jurnal ilmiah Proceedings of the National Academy of Sciences, diyakini bisa membuka jalan bagi rekayasa ilmiah yang menghasilkan cabai lebih pedas, yang bisa membuat mulut kaku.
"Temuan ini akan menyediakan basis pengembangan lebih lanjut pembuatan molekuler dan memicu riset terkait sifat-sifat agronomi cabai, juga membantu petani menciptakan jenis baru dengan teknik biologi molekuler," kata salah satu penulis studi, Cheng Qin, peneliti dari Sichuan Agricultural University di China, seperti dikutip dari situs sains LiveScience, Selasa (4/3/2014).
Sejarah Cabai
Cabai-cabaian kali pertama dibudidayakan penduduk asli Amerika di hutan tropis Amerika Selatan, sekitar 8.000 tahun lalu dari varian liar seperti Chiltepin annuum (varian glabriusculum). Cabai, yang menjadi bagian dari famili yang termasuk di dalamnya adalah tomat dan kentang, lalu menyebar ke Dunia Baru (New World) setelah Columbus tiba di Amerika.
Setelah ratusan tahun dikembangbiakkan, cabai saat ini muncul dalam banyak versi bentuk, warna, dan rasa. Dari cabai yang hambar Anaheim hingga Scotch bonnet yang menggigit. Lebih dari 34,6 juta ton cabai dipanen pada 2011.
Di tahun-tahun terakhir, penggemar cabai berfokus pada capsaicin -- senyawa kimia yang membuat cabai memiliki rasa pedas. Sejumlah hasilnya, termasuk Carolina Reaper danTrinidad Moruga Scorpion busa 100 ribu kali lebih pedas dari cabai pimento, misalnya. Tapi, hati-hati, sebab para peneliti mengkalkulasi 2,7 atau 1,2 kg dari cabai semacam itu bisa membunuh manusia.
Sequencing Genom
Untuk mempelajari cabai lebih jauh, Qin dan para koleganya mengurutkan genom cabai yang dibudidayakan di institusi mereka, yang disebut Zunla-1 dan sejumlah cabai liar lainnya.
Tim menemukan, cabai menyimpang dari tomat dan kentang sekitar 36 juta tahun yang lalu. Sebagai tambahan, sekitar 81 persen dari tanaman itu terdiri dari transposon, atau biasa disebut 'gen melompat' yang bisa berpindah ke tempat lain dalam genom. Gen ini dimasukkan sekitar 300.000 tahun yang lalu .
Selain itu, tim mengamati genom dari 18 tanaman cabai yang dibudidayakan, untuk membandingkan perbedaan antara varietas liar dan budidaya. Tim menemukan, sejumlah gen terkait dengan berapa lama benih tetap aktif, ketahanan terhadap hama, dan panjang usianya.
Tim juga mengidentifikasi komponen genetik di balik rasa pedas. Ternyata, gen kunci bisa diduplikasi dalam jumlah berbeda -- untuk membuat kandungan capsaicin kurang atau lebih banyak. Varietas yang lebih hambar, menurut ilmuwan, mengalami penghapusan gen penghasil rasa pedas.
Hasil temuan para ilmuwan menyarankan dua cara baru pengembangbiakkan cabai -- kawin silang dengan cabai yang punya banyak gen pedas. "Atau dengan rekayasa genetika agar cabai lebih mengandung salinan gen penghasil pedas," kata Qin. (Yus Ariyanto)
Baca juga:
Bernyali Coba? `Kari Terpedas Dunia`, Bisa Bikin Orang Pingsan
sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar