Harga murah dan kualitas yang prima membuat bebek peking
dari PT Quality Indonesia makin berkibar.
Dewasa ini kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi bebek
semakin jelas kentara. Buktinya, dari resto mewah sampai warung kaki lima mulai
menyediakan sajian berbahan baku bebek. PT Quality Indonesia (Quality), anak
perusahaan PT Malindo Feedmill Tbk., produsen pakan ternak dan bibit ayam di Jakarta,
menangkap perkembangan minat ini sejak 2005
Lantas, tahun itu pula Quality merintis pengembangan bebek
peking di Bangka, Provinsi Bangka-Belitung. “Kalau permintaan bebek naik terus, dan suplai bebek
kampungnya tetap, (maka akan terjadi kekosongan), nanti kekosongan ini akan
diisi oleh bebek peking,” ungkap Mulyono Lim, pelaksana operasional perusahaan
PT Quality Indonesia kepada AGRINA.
Namun, pada 2010 pembibitan di Bangka itu ditutup dan
dipindahkan ke Jawa Barat. Alasannya, biaya transportasi cukup besar untuk
mengirim bibit induk bebek dan pakan dari Jakarta ke Bangka lalu mengirim
karkas bebek setelah dipotong kembali ke Jakarta. Relokasi tersebut jelas
meringankan biaya transportasi karena lokasi pabrik pakan (feedmill) dan pasar
terbesar terletak di Jawa.
Selain Quality, PT Charoen Pokphand Indonesia juga
memproduksi bibit dan pakan bebek peking. Namun tipe bebeknya adalah Grimaud
dari Perancis. Selain itu ada pula beberapa peternak di Jawa Barat dan Jawa
Timur memelihara bebek pedaging yang bongsor ini.
Bibit Unggul
“Produksi parent stock (PS)-nya tidak seperti ayam. Ayam
‘kan pasti sekian puluh persen, kalau DOD bebek naik turun. Tetapi sekarang
kita bagus (produksi) naik terus, di atas 60%, bisa 70%,” tutur Mulyono. Dari
dua pembibitan berlokasi di Bogor, Quality mampu menghasilkan 50 ribu ekor
DOD/bulan. Dengan dibangunnya pembibitan di Subang, Jabar, diharapkan tahun
depan produksi DOD-nya semakin meningkat.
Sebagian besar DOD tersebut dipelihara dengan pola
kemitraan. Sekarang Quality menggandeng 10 peternak mitra yang tersebar di
wilayah Bogor, Cianjur, Sukabumi, dan Bandung.
Bila mitra mengikuti anjuran pemeliharaan dari perusahaan, mereka bisa
memperoleh bebek peking ukuran 3 kg/ekor dalam waktu 40 hari. Saat AGRINA berkunjung
ke peternakan Haji Ade Kodiat Burhanudin, salah satu mitra di Desa Panyocokan,
Ciwidey, Bandung, dalam 42 hari pemeliharaan bobot bebeknya mencapai rata-rata
3,26 kg.
Mulyono mengingatkan, “Kalau mereka (peternak di luar mitra)
pelihara sendiri 60 hari belum tentu dapat. Nanti tahu-tahu pakannya tidak
sesuai, FCR (Feed Consumption Ratio) tidak masuk.” Rahasia kesuksesan tersebut
terletak pada bibit dan pakan yang berkualitas. Perpaduan tersebut berasal dari
bibit tipe Cherry Valley asal Inggris dan pakan produksi PT Malindo Feedmill.
Enak dan Terjangkau
Sebagai inti, Quality membeli kembali bebek yang telah
digemukkan oleh peternak mitra. Setelah dipotong di daerah Sawangan, Depok,
Jabar, sebagian besar bebek tersebut dipasarkan ke hotel dan resto mewah
melalui perantara.
“Bebek peking kami jual besar laku, kecil juga laku. Kalau
besar, kebanyakan segmennya menengah ke atas. Rasanya lebih gurih bebek peking
dari pada bebek lokal, empuk, tidak bau amis. Kelemahannya, lemaknya banyak,
tapi sebenarnya lemak itu bikin gurih lho,” terang Mulyono bernada promosi.
Dengan harga yang terjangkau, Rp35 ribu/kg, konsumen
menyambut baik. “Harga ini tergantung daya beli masyarakat. Kalau pertumbuhan
ekonomi naik terus, pasti akan diikuti daya konsumsi daging,” imbuh pria yang pernah terjun ke
bisnis garmen itu. Harga memang diakuinya merupakan salah satu strategi Quality
untuk meraih pasar. Perusahaan ini lebih memilih keuntungan tipis tapi pembeli
banyak dibandingkan untung besar dengan pembeli minim.
“Kita jual frozen duck dalam
segala ukuran,” jelas pria pecinta baju kotak-kotak ini. Pemesanan pun
bisa dilakukan. Menurutnya, untuk daerah Jakarta, minimal pemesanannya 10 dus.
Isinya tergantung ukuran, ada yang 12 ekor/dus, ada pula 5-6 ekor bila
ukurannya besar.
Setelah merasakan kenikmatan rasa dan harganya, beberapa
pemilik restoran mulai berpaling ke bebek peking Quality. “Kita punya customer
yang sebelumnya pakai bebek kampung. Awalnya dia tidak mau bebek peking, tapi
setelah dia jual bebek peking ini, dia nggak mau jual bebek kampung
lagi,” pungkas Mulyono.
Apakah Anda juga ingin berpaling ke bebek peking?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar